SNI.ID, AMBON : Festival Benteng Victoria 2025 tidak sekadar menjadi ajang seni dan budaya, tetapi juga wadah refleksi nilai-nilai kearifan lokal Maluku. Tema besar festival tahun ini, “Toma”, memiliki makna mendalam tentang semangat kebersamaan dan kemajuan bersama masyarakat kepulauan.
Stenli R. Loupatti dari Direktorat Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah (BPKW) XX, menjelaskan bahwa “Toma” merupakan istilah yang menggambarkan semangat mendayung maju. Dalam konteks Maluku, mendayung melambangkan kekuatan kolektif masyarakat kepulauan untuk terus melangkah bersama melalui budaya dan gotong royong.
“Toma itu istilah yang menggambarkan semangat mendayung maju. Dalam konteks Maluku, mendayung adalah simbol dari semangat kepulauan dan bagaimana kita melangkah maju dengan kebudayaan dan gotong royong,” ujar Loupatti.
Ia menambahkan, simbol mendayung merepresentasikan konektivitas antar pulau di Maluku yang dihubungkan oleh laut dan perahu, menjadi lambang persatuan masyarakat kepulauan.
“Budaya mendayung ini menggambarkan bagaimana kita merangkai masyarakat dari satu pulau ke pulau lain, bersatu membangun Maluku. Itu sejalan dengan visi Pemerintah Provinsi dan Kota Ambon bahwa Ambon dan Maluku harus melangkah maju bersama,” jelasnya.
Loupatti juga menegaskan komitmen BPKW XX untuk terus berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam merawat dan mempromosikan kebudayaan Maluku. Selain Festival Benteng Victoria, pihaknya juga akan mendukung penyelenggaraan Festival Banda pada November mendatang, peringatan HUT Kota Masohi, serta Upacara Tradisi Cakalele di Desa Pelau.
“Ini bagian dari komitmen kami untuk menjaga, merawat, dan melangkah maju bersama masyarakat melalui kebudayaan,” tegasnya.
Festival Benteng Victoria 2025 menjadi cerminan jati diri Ambon sebagai kota yang berakar kuat pada musik, tradisi, dan semangat kebersamaan khas masyarakat Timur Indonesia dan juga semangat yang mendayung Maluku menuju masa depan yang lebih berdaya dan berbudaya.










