SNI.ID, AMBON : Masyarakat lima negeri basudara yang berbeda agama di Maluku yaitu Tamilouw, Hutumuri, Siri Sori dan dua saudara perempuan mereka yakni, Nyai Intan Bakarbessy dari Negeri Waai serta Nyai Mas- Manuhutu dari Negeri Haria menggelar ritual panas gandong untuk mempererat persaudaraan kelima negeri yang terikat oleh pela gandong (persaudaraan satu kandung).
Pela gandong merupakan ikatan persaudaraan antar negeri (desa) di Maluku yang sudah dijalin oleh nenek moyang orang Maluku. Ritual panas gandong/panas bongso ini digelar di Negeri Tamilouw, Kecamatan Amahai, Maluku Tengah, Selasa (10/9/2024).
Seremoni ritual agenda panas gandong berlangsung di Hatumari, Negeri Tamilouw. Di lokasi acara, nampak ribuan orang tampak memadati kawasan Hatumari Negeri Tamilouw.
Ketua Panitia Pelaksana Panas Bongso/Panas Gandong Jabir Tomagola mengatakan lebih dari 3000 orang tercatat sudah ada di Negeri Tamilouw sejak dua hari lalu.
“Sesuai catatan panitia yang kami laporkan itu ada sekitar 3000 orang, bahkan lebih karena ada juga yang belum tercatat juga,” kata Tomagola kepada wartawan.
Ia menambahkan tujuan pelaksanaan acara panas bongso tahun 2024 ini adalah untuk mempererat hubungan kekerabatan antar sesama orang basudara pada ketiga negeri termasuk keturunan Nyai Intan dan Nyai Mas yang berdiam di Negeri Waai dan Negeri Haria sehingga laeng tetap lindungi laeng, laeng tetap sayang laeng serta dapat mewariskan nilai-nilai leluhur atau adat istiadat dari nenek moyang kita kepada generasi penerus Mosilouw.
Penjabat Gubernur Maluku dalam sambutannya yang dibacakan oleh Asisten Setda Bidang Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Maluku Kasrul Selang mengatakan acara ini memiliki makna yang penting dan strategis, bukan saja kepada ketiga negeri orang basudara, tetapi kepada masyarakat Maluku pada umumnya.
“Atas nama Pemerintah Provinsi Maluku, saya patut memberikan apresiasi kepada pemerintah kabupaten Maluku Tengah dan masyarakat ketiga negeri, juga panitia pelaksana bahkan semua pihak yang telah mendukung jalannya acara yang monumental ini,”katanya.
Ia menjelaskan acara panas gandong masyarakat adat tiga negeri Tamilouw- Hutumuri-Sirisori dan dua sodara perempuan Bakarbesy dan Manuhutu ini menegaskan tentang eratnya relasi persaudaraan yang lintas pulau atau wilayah. Bahwa jarak geografis tidak menjadi penghalang untuk terus merajut dan mempererat persaudaraan dan solidaritas.
“Melalui pranata gandong ini terbangun jembatan penghubung antar dua negeri untuk saling menolong dan saling melengkapi satu sama lain. Demikian pula pranata gandong dalam sejarah budaya Maluku juga melintas batas agama, seperti yang ada pada beberapa negeri di Maluku. Semua kearifan lokal masyarakat Maluku ini patut dijaga dan dilestarikan,”jelasnya.
Ia berharap acara ini, selain untuk memenuhi tuntutan adat, tetapi juga dapat menjadi ajang menegaskan kembali ikatan persaudaraan gandong yang makin erat untuk bersama-sama membangun negeri dan masyarakat. Kiranya anak-anak dan generasi muda dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari event bersejarah ini untuk tetap menghormati dan menjaga warisan leluhur, berupa adat istiadat dan tradisi yang tak selalu harus dipertentangkan dengan kemajuan dan modernitas.
Menurutnya, secara substansial pemerintah pusat maupun daerah dalam strategi kebudayaannya mengakui bahwa berbagai kearifan lokal, tradisi dan adat istiadat merupakan kekayaan bangsa yang patut dijaga dan masyarakat dilestarikan.
“Pemerintah dan masyarakat dalam hal ini, memiliki tanggungjawab untuk merawat praktek-praktek budaya, yang sarat dengan nilai-nilai kebaikan, persaudaraan, kerjasama dan solidaritas. Ditengah arus perubahan global saat ini, kita mesti terus membangun ketahanan dan kedaulatan budaya kita, sambil tetap terbuka untuk berdialog dengan budaya-budaya lain, baik pada tatapan nasional maupun global,”pungkasnya.
Ia juga menyerukan kepada seluruh negeri-negeri adat di Maluku, untuk menghangatkan kembali semangat persaudaraan antara negeri-negeri gandong maupun negeri-negeri pela, sehingga diharapkan kesadaran masyarakat sebagai sesama saudara segandong disegarkan kembali.
“Saya menyampaikan selamat atas terlaksananya acara panas gandong masyarakat adat tiga negeri ini. Teruslah merajut persaudaraan dan kerjasama yang saling menghidupkan. Teruslah menjaga dan toleransi serta kepedulian antar sesama, sambil mengingat kata-kata bijak para leluhur “ale rasa beta rasa, potong di kuku rasa di daging, sagu salempeng dibage dua, katong samua satu gandong,”tutupnya.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Penjabat Gubernur Maluku diwakili oleh Asisten Setda Bidang Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Maluku Kasrul Selang, Penjabat Bupati Maluku Tengah diwakili oleh Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Malteng Julius Boro, unsur TNI-POLRI, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) Amahai.
Tak hanya itu, turut hadir juga dua kandidat Bakap Calon Bupati yakni, Zulkarnain Awat Amir dan Andi Minaswir.
Selain itu, dilakukan juga penanaman pohon sukun oleh Penjabat Gubernur Maluku diwakili oleh Asisten Setda Bidang Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Maluku Kasrul Selang. (*)