SNI.ID, SAPARUA : Impian Pengembangan Destinasi Wisata menjadi tolak ukur dalam meningkatkan pertumbuhan dan kemajuan masyarakat yang ada di negeri Ihamahu, Kecamatan Saparua Timur kabupaten Maluku Tengah.
”Negeri Ihamahu memiliki hutan sagu yang begitu banyak, sehingga impian untuk membuat destinasi wisata hutan sagu itu terkendala oleh biaya,” ungkap Penjabat Negeri Ihamahu Fretz. M. Joseph kepada media ini di ruang kerjanya Senin ( 20/01/2025).
Sementara itu, Ice. R. Haulussy Kaur tata usaha dan umum Pemerintah Negeri Ihamahu mengatakan dari hasil pengelolaan sagu, di negeri Ihamahu sendiri, masyarakat telah meningkatkan pengelolaannya menjadi beberapa produk andalan dan telah terkenal dipasaran luas yang mengangkat nama negeri itu sendiri.
“Berbagai pengelolaan tersebut berupa Bagea dan sarut, untuk Bagea sendiri sudah memiliki beberapa varian selain Bagea kenari dan Sarut Kenari, Bagea Kelapa dan Sarut Kelapa. Namun seiring perkembangan Bagea juga sudah memiliki kemasan baru juga yang digunakan dan rasa baru untuk Bagea sendiri. Rasa Bagea yang baru yakni Cappucino, Bangket dari Sagu,” kata Haulussy.
Haulussy mengungkapkan adanya Potensi Destinasi wisata dan pengembangan sagu, pemerintah Negeri Ihamahu juga telah menerapkan dan mengerjakan produk-produk lain yang dikelola oleh kelompok IKM Noraito yang dibentuk pemerintah Negeri Ihamahu.
”Hal ini berani dipasarkan karena produk-produk tersebut telah memiliki izin MUI dan BPOM, sehingga produk-produk yang telah dikelola kemudian dipasarkan hingga keluar Negeri Ihamahu dan telah dimasukan ke swalayan, Alfamidi dan toko oleh-oleh yang ada di kota Ambon,”ungkap Haulussy.
Haulussy menjelaskan selain destinasi wisata dan IKM, pemerintah Negeri Ihamahu juga memperhatikan masalah stunting dan penanganan kemiskinan extrim.
“Terkait masalah Stunting sendiri, setiap tahun selalu dianggarkan PMT, seperti PMT Pemulihan dan PMT Penyuluhan yang dipercayakan kepada ibu-ibu kader dan TP-PKK Negeri Ihamahu dalam mengelola makanan dari pangan lokal untuk kesehatan anak-anak,”jelasnya.
Menurut Haulussy, stunting sendiri di negeri Ihamahu telah mengalami penurunan dari 4 orang menjadi 1 orang, karena selalu menerapkan susu formula dan vitamin sesuai kebutuhan anak-anak.
Joseph juga menambahkan untuk penanganan kemiskinan sendiri, pihaknua tetap ikut arahan pemerintah seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) sejak tahun 2020 diberikan, rehap Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), Jamban Sehat, Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang dimana terlihat genangan air namun tidak ada salurannya maka kami buat saluran pembuangannya.
“kemudian untuk Bumneg penyerahan modal tahun 2019, tapi sampai sekarang lagi mandek. Penyerahan modal hanya saat itu saja, pemerintah Negeri juga tidak berani untuk memberikan pemberian modal selanjutnya,” tutup Joshep. (*)