SNI.ID, AMBON – Remaja Masjid (Remas) Al-Hijrah Kampung Jawa, Tantui menggelar Focus Group Diskusi (FGD) melibatkan mahasiswa, tokoh masyarakat dan agama, Kamis (28/07).
Kegiatan ini menghadirkan ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Maluku, Dr. Abd Rauf, M.Ag dan Dr. Burhanudin Tidore, M. Fil, I.
Kegiatan FGD Remas Al-Hijrah ini digelar bertujuan untuk memberikan edukasi dan pemahaman kepada para Mahasiswa dan Mahasiswi dari berbagai Universitas di Kota Ambon, tokoh masyarakat serta tokoh agama.
FGD ini juga mengupas habis terkait Khilafah dan Wawasan Kebangsaan.
Untuk diketahui, kegiatan digelar di Aula Masjid Al-Hijrah usai sholat Ashar berjamaah hingga selesai jelang Magrib sekira pukul 18.00 WIT.
Dr. Abdul Rauf dalam paparannya menjelaskan, perspektif sesuai syariat islam adalah menjadi pemimpin mulai dari keluarga, sesama manusia dan menerapkan hukum-hukum islam melalui dakwah.
“Bukan yang dipersepsikan sebagian kelompok untuk melegitimasi Khilafah agar berlaku di Indonesia dengan artian ingin menjadikan Khilafah sebagai idiologi,” jelasnya.
Ia mengatakan pendiri-pendiri Pesantren Islam terdahulu sudah final mengatakan dan menerima Indonesia sebagai negara yang berasaskan Pancasila. Khilafah sengaja diusung oleh kelompok radikal dengan tujuan memecah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Pada dasarnya, kidasarnua Khalifah untuk diri kita masing-masing. Khilafah itu ya Khalifah. Pemimpin. Tapi pengertiannya dibuat sedemikian rupa untuk memecah. Jadi hati-hati,” katanya.
Menurut Rauf, konsep tersebut akan menimbulkan benturan antarkelompok di Indonesia dan mengancam kelangsungan NKRI sebagai hasil konsensus nasional para pendiri bangsa Indonesia.
“Para pendukung konsep Khilafah tersebut cenderung bersifat puritan, merasa benar sendiri dan menyalahkan orang lain, sehingga berpotensi mengganggu dan bahkan merusak kerukunan antarasesama warga bangsa,”ujar dia.
Ia menambahkan konsep tersebut mengandaikan seluruh dunia Islam disatukan ke dalam satu sistem kekhalifahan atau pemerintahan yang tunggal.
“Untuk itu, perlunya wawasan kebangsaan yang diramu dalam kegiatan-kegiatan seperti ini. Agar generasi terutama pemuda kita tidak terpapar radikalisme karena minum literasi,” tambah Dia.
Sementara itu, Dr. Burhanudin Tidore dalam pemaparannya membahas terkait wawasan kebangsaan dimana beliau menyampaikan bahwa wawasan kebangsaan adalah salah satu pengetahuan penting bagi warga negara Indonesia.
“Melalui wawasan ini, warga negara akan memiliki rasa bela negara dan cinta tanah air serta merupakan bagian dari pemahaman berwarga negara yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini,” tandasnya.
Ia berharap, kegiatan FGD yang digelar Remas dapat terus dilakukan untuk menguatkan kapasitas literasi para pemuda tentang konsepsi kebangsaan. (SNI-01)
