SAUMLAKI, SNI.ID : Kabupaten Kepulaun Tanimbar (KKT), yang diketahui memiliki mayoritas masyarakat adalah pemeluk agama kristen. Untuk itu Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat Provinsi Maluku ke-29 tahun 2022,
MTQ Tingkat Provinsi di KKT, telah menunjukan nilai toleransi tinggi di Maluku, sebab walaupun memiliki hanya empat persen warga muslim, namun Tanimbar dinilai sukses menjadi tuan rumah event akbar tersebut.
Tingkat toleransi semakin lengkap apabila Pesparani dan Pesparawi juga dilaksanakan di Kabupaten yang mayoritas warganya adalah muslim. Karena event akbar umat islam telah diselenggarakan di Kabupaten yang mayoritas warganya adalah kristen.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagu Gubernur Maluku, Murad Ismail, dalam meningkatkan toleransi antar umat beragama di “Tanah Raja-Raja”.
Pada kesempatan tersebut, Ketua DPRD KKT J.Batlayeri menjelaskan spirit toleransi yang luar biasa telah tercipta dalam momen MTQ sehingga menimbulkan nilai nasionalisme. Keragaman-keagamaan meluas menjadi contoh terhadap toleransi keagamaan ini, menjadi tolak ukur yang baik.
“Ya saya kira kepemimpinan Maluku yang sejati harus demikian, harus menghargai dan menghormati kemauan dan kemampuan dan sisi keagamaan,”Kata Batlayeri kepada wartawan diruang kerjanya, Senin (21/3).
Batlayeri juga ingin ada dorongan konkret dari Pemerintah Provinsi, agar jangankan hanya MTQ digelar di mayoritas kristen, tapi bisa juga sebaliknya dalam hal ini pagelaran Pesparani dan Pesparawi.
Menurut Batlayeri, bagaimana kalau pesparawi dan Pesparani itu juga dilaksanakan di daerah yang mayoritas muslim seperti SBT atau Buru, agar Maluku ini secara totalitas menunjukkan toleransi keagamaan.
“MTQ di Tanimbar telah memberikan inspirasi toleransi, dan spiritnya berkenan juga menjadi contoh bagi keragaman yang lain, agar benar-benar Maluku itu adalah Maluku yang benar-benar menjadi contoh toleransi bangsa ini,”pungkasnya.
Batlayeri sangat berharap agar toleransi menjadi satu program utama, yang harus dilakukan Gubernur Maluku. Kalau MTQ di KKT, Pesparani-Pesparawi harus juga di SBT atau Buru, ini akan unik karena nilai toleransi tinggi sekali.
“Acara-acara keagamaan yang lain selain MTQ, yakni pesparani dan Pesparawi misalnya, bisa dilaksanakan di SBT atay Buru. Ya ini kan enak, jadi unik Maluku. Maluku lahir dengan keunikan, Maluku lahir dengan keragaman, itulah kekayaan Maluku yang pantas diperjuangkan,”harapnya. (SNI-01)